Dalam muda ku yang lebih awal
Tersia di dunia yang fana
Bergerak tertendang kesana kemari
Tak dihirau sakit badan ini
Terus terkoyak cabikkan waktu
Ingin ku membatu saja
Kan lebih terlihat mentari buta
Saat dingin menerpaku dalam gulita
Tiada selimut sinar bulan
Ketika tangisku menyalju pula
Tiada terhirau lagi
Bersujud yang ku ingin
Hanya do’a ku panjatkan
Terbanglah padaku dari-Mu
Anugerah…
Siang menjelang tinggi mentarinya
Dan hangus badanku penuh peluh
Lagi – lagi itu…
Pandangan lurus tak ke daku
Berpaling yang terus saja
Kata ku selalu, Ya Tuhan…
Letakkan tatapannya kepadaku
Tuhan… do’aku itu…
Itu sajalah…
Dewasalah hidupku yang lebih tua
Kusam wajahku ini
Tapi,.. tak berubah yang dulu
Makin terinjak oleh sepatu keras
Dengarkah Kau Maha Mendengar?
Taukah Dirimu Maha Mengetahui?
Tiada akhir penderitaan ini
Bak jalan tak berujung
Namun, relaku sudah diujung hayat
Saat memekikkan isyarat menyerah
Tegarku datang memanggil
Berbisik pelannya…
Keajaiban akan memelukmu segera
Fikirku berharap…
Dalam derita yang sangat
Selalu begitu…
Sampai ujung hayatku tua
Reot tubuhku tak berkeras
Remuk tulang tiada terasa lagi
Terpaksa membelakangi jalan
Dan berjalan lurus kembali
Mencari keadilan yang hilang
Dari-Nya…
Ketika harap t’lah tiada…