Hitam… memaksa merenung pilu
Kosong… membuat lunglai tubuh
Tiada bahkan udara pun jua
Hampalah jawab singkatnya
Sinar yang pupus ditelan waktu
Sayap sayap kegelapan membayang
Menduka jiwa dalam rapuhnya raga
Angan yang tuk tak lagi ini
Cemas mengingin bak penting
Tak duga setiap hembusan ternoda
Setitik nila nyata semu sekarangnya
Merintih di pundak kuasa langit
Kan tak henti tak akan ada habisnya
***
Di awal terlihatlah puncak di akhir
Rela lepas untaian waktu percuma
Dalam puing – puing do’a pujangga
Kini ada sebuah kata nyata membeku
Melodi indah penuhi kosong jiwa
Rajutan permai menawan hati
Menyelinap dalam nafas sesaknya
Hadirlah permadani di luluh hiti
Bak bisik memecah sunyi
Manis madu di kehausan
Arah saat hilang menemani
Pada-Nya ku ucap sebongkah pinta
Tertulis tinta cinta pusaka jiwa
Untukmu ku berikan percuma
Kau tau itu yang jua semu
Tidaklah sadar dariku selalu
Asa pada-Nya tuk sanding kau
“Seberapa pun kau tau, tak akan pernah tau aku. Saat kau tak pernah tau, aku mengetahui dan selalu berharap tuk bersamamu.”
Oleh : Limada Iqbal
Tanggal : 25 September 2011
0 CommentSz:
Posting Komentar